Selasa, 13 Desember 2011

MESOZAIKOM


Menurut pendapat para ahli, mesozoikum dapat diartikan sebagain berikut :
1.)    M.K Tadjudin : Mesozoa / Mesozoikum adalah suatu masa yang dikaitkan dengan  umur bumi. Masa ini berlangsung antara 205 – 135 juta tahun yang lalu. Secara harfiah mesozoikum berarti “umur pertengahan”. Masa ini disebut sebagai zaman “Gymnospermae” karena banyak dijumpai tumbuhan gymnospermae yang hidup pada masa ini.
2.)    Teuku Jacob : Masa mesozoikum berlangsung pada 225 – 65 juta tahun yang lalu. Masa ini terbagi menjadi zaman Trias, Jura, Creta. Masa ini disebut sebagai zaman “Gemilang Reptilia”. Mamalia, Aves, dan ikan mulai berkembang di masa ini, terutama ikan bertulang sejati (osteichthyes)
3.)    Dermawan Sumardi : Masa ini berlangsung pada 225 – 70 juta tahun yang lalu. Peran invertebrata mulai tergantikan oleh reptile. Pada masa itu laut banyak menggenangi daratan.
Berdasarkan pendapat para ahli tadi, dapat disimpulkan bahwa masa mesozoikum berlangsung dari 65 – 245 juta tahun yang lalu. Pada masa mesozoikum ini terbagi menjadi 3 zaman. Yaitu zaman Trias, Jura, Kapur. Kehidupan yang terjadi pada masa mesozoikum ini didominasi oleh reptil, baik itu dari darat, laut, maupun udara. Masing – masing zaman pada masa mesozoikum ini dicirikan dengan adanya kehidupan tertentu maupun peristiwa – peristiwa geologis khusus.

A. Zaman Trias
          Zaman Trias berlangsung sejak 245 – 208 juta tahun yang lalu. Nama Trias diusulkan oleh F. von Alberti, seorang ahli geologi berkebangsaan jerman. Nama Trias diambil dari perkembangan endapan Mesozoikum yang didapat di cekungan Jerman, yang kemudian dianggap sebagai wilayah tipe untuk Sistem Trias, walaupun singkapan yang relatif lengkap dan banyak mengandung fosil justru didapatkan di Amerika bagian barat, Amerika bagian timur dan Kanada. Sistem Trias terbagi menjadi 3 bagian, yaitu Trias Bawah, Trias Tengah, Trias Atas. Adapun pengertian dari 3 bagian tersebut adalah :

1.)    Trias Bawah :
Yang dikenal dengan nama setempat sebagai Buntsandstein merupakan seni sedimentasi yang terjadi di darat dan terdiri dari batu pasir, batu lempung, konglomerat dengan beberapa bagian terdapat sisipan endapan laguna. Warna seri sedimen tersebut dari merah cerah hingga lembayung.
2.)    Trias Tengah :
Yang dikenal dengan nama setempat sebagai Muschelka merupakan seni sedimentasi yang terjadi di laut yang mencapai ketebalan kurang lebih 200 m.
3.)    Trias Atas :
Yang dikenal dengan nama setempat sebagai Keuper merupakan seni sedimen yang seluruhnya diendapkan di darat. Pada bagian alasnya terdiri dari dolomit dan gipsum yang merupakan endapan penguapan, yang diakhiri dengan batu pasir yang diendapkan di sungai dengan fosil tumbuh – tumbuhan yang menyerupai ekor kuda yang dikenal dengan nama setempat sebagai Schlifsandstein.
Perkembangan kehidupan pada zaman Trias menunjukkan banyak terjadi perubahan baik untuk jenis Fauna terutama untuk golongan Vertebrata maupun golongan Invertebrata. Golongan Invertebrata Pilum Brachiopoda dan Pilum Mollusca serta Pilum Arthropoda. Untuk Pilum Mollusca termasuk di antaranya dari Kelas Pelecypoda dan Kelas Cephalopoda sedang untuk Pilum Arthropoda khususnya yang termasuk Kelas Crustacea. Demikian pula untuk jenis flora menunjukan adanya perkembangan yang pesat. Untuk jenis Vertebrata khususnya yang termasuk Reptilia sudah mulai dikenal Rutiodon (sebangsa Phytosaurus) yang mulai muncul semula hidup dalam lingkungan air kemudian mengadaptasikan diri hidup dalam lingkungan darat yang kemudian punah pada zaman ini. Selain itu yang mulai muncul pada zaman ini pula antara lain yang termasuk dinosaurus ialah Anchiasaurus, Cynognathus, Thrinacodon, placerias gigas, Inchtyosurus yang berkembang pada Zaman Trias dan punah pula pada akhir Zaman Trias.
Didasarkan atas fasiesnya Sistem Trias di Indonesia dapat dibagi menjadi dua, yaitu :
1.)    Indonesia bagian barat : dengan macam fasies bermula dari fasies paralas, volkanik, laut, terutama berkembang sebagai batu gamping. Perkembanganya meliputi beberapa bagian dari Sumatra, Kalimantan (serta Malaya) dan pulau – pulau kecil di antara ketiga daerah tersebut.
2.)    Indonesia bagian timur : dengan macam fasies seperti perkembangan di Indonesia bagian barat, hanya di tempat ini tidak dijumpai fasies volkanik, terutama berkembang sebagai batu gamping. Perkembanganya meliputi Sulawesi timur dan tenggara, pulau – pulau kecil di kepulauan Nusa Tenggara antara lain Pulau Roti, Pulau Timor, Pulau Leti, Pulau Tanimbar, Pulau Kei, Pulau Seram, Pulau Buru dan Pulau Buton.
Di Indonesia bagian timur pada zaman Trias terjadi peristiwa genang laut di bagian bawah umumnya terdiri dari batuan klastik yang berbutir kasar antara lain breksi, konglomerat yang kemudian diikuti dengan batu pasir, serpih yang mengandung bitumina yang kemudian diakhiri dengan napai dan batu gamping.
Dari Kesamaan Fasies batuan Trias di pulau – pulau Indonesia timur dapat ditarik kesimpulan bahwa pulau – pulau tersebut setidak – tidaknya pada Zaman Trias Atas termasuk dalam satu lingkungan sedientasi yang selalu mengalami penurunan atau dikatakan merupakan daerah pelamparan Geosinklin Banda. Geosinklin ini memanjang ke arah barat daya yang kemudian bersambung dengan Geosinklin Westralia sedang kea rah barat bersambung dengan Geosinklin danau.

B. Zaman Jura
Zaman Jura berlangsung sejak 208 – 145 juta tahun yang lalu. Nama Jura pertama kali dipakai pada tahun 1799 oleh A. von. Humboldt seorang ahli geologi berkebangsaan Jerman. Penelitian secara intensif pada saat itu dilakukan di Inggris, walupun demikian maka nama sistem ini diambilkan dari nama Pegunungan Yura yang membentang dari Perancis sampai Swiss. Tempat inilah yang kemudian digunakan sebagai daerah tipe untuk sistem Yura.
Endapan Jura baik yang terjadi di laut mupun yang di darat banyak mengandung fosil. Untuk golongan Invertebrata diwakili oleh Pilum Coelenterata, Porifera, Echinodermata dan Mollusca.
Brontosaurus merupakan salah satu anggota dari Dinosaurus yang terbesar yang hidup dan pernah dijumpai dalam bentuk fosil di Amerika dan berkembang baik hingga zaman Jura. Dari kerangka yang telah berhasil direkontruksi jenis Brontosaurus mempunyai tubuh hingga 18 feet dengan panjang hingga 67 feet.
Archaeopteryx meruapakan burung yang pertama kali dikenal dalam sejarah. Burung ini memiliki ukuran sebesar burung gagak, fosilnya dijumpai pada batu gamping litographhi di daerah Solenhoven, Bavaria. Ichtyosaurus merupakan reptile laut yang memiliki panjang tubuh 10 feet.
Endapan jura didapatkan baik di Indonesia barat maupun Indonesia Timur. Di Indonesia barat tidak banyak dijumpai endapan Jura. Ada kemungkinan bahwa sebagian besar daerah Indonesia barat pada zaman itu merupakan daratan sehingga tidak dimungkinkan terbentuknya endapan. Di Indonesia timur perkembangan endapan Jura relatif baik. Endapannya berkembang sebagai batu gamping dengan fosil Arnioceras.
Dengan memperhatikan tempat – tempat terdapatnya endapan Jura maka dapat diamnbil kesimpulan bahwa terdapat genang laut selama zaman Jura sehingga mengakibatkan seolah - olah Indonesia terbagi menjadi 3 bagian oleh palung Anambas, geosnklin Banda dan geosinklin Papua.

C. Zaman Kapur
          Zaman kapur berlangsung semenjak 145-65 juta tahun yang lalu. Zaman kapur dicirikan oleh suatu daur pengendapan “susut laut – genang laut – susut laut”. Selama zaman kapur berkembang bermacam – macam kehidupan. Beberapa diantaranya merupakan kelanjutan dari zaman Jura disamping terdapat pengembangan kehidupan yang baru. Diantara jenis – jens yang mencirikan untuk jaman Kapur antara lain anggota dari Pilum Protozoa khususnya dari ordo Foraminifera, Pilum Coelenterata, Pilum Mollusca, dan pilum Arthropoda. Disamping itu terdapat pula perkembangan dari golongan vertebrata maupun jenis flora.
Tyrannosaurus Rex merupakan jenis dinosaurus pemangsa terbesar yang hidup pada jaman kapur, dinosaurus ini dapat berkembang dengan panjang tubuh mencapai 45 feet dan tinggi 20 feet. Elasmosaurus merupakan golongan mamalia yang hidup di laut dan memiliki panjang antara 40 sampai 50 feet. Pterodon merupakan golongan reptil terbang yang memiliki bentang sayap 23 sampai 25 feet. Fosil dari Elasmosaurus dan Pterodon ditemukan di daerah Niobrara, Kansas, Amerika pada batu gamping.
Di Indonesia terdapta endapan-endapan yang jelas termasuk zaan kapur hanya terdapat di berbagai tempat yang terpencar. Di Indonesia bagian barat system kapur dicirikan oleh endapan klastik dengan fosil Orbitolina, meskipun fosil ini juga dijumpai pada sistem kapur yang ada di Indonesia bagian timur. Di Sumatera, di Bukit Garba, dimana di bagian bawah terdiri dari napal tufan, tufa, pilit dan marmer. Bagian atasnya terdiri dari batu rijang yang mengandung fosil Radiolaria.
Di jawa endapan yang berumur kapur telah diketahui dalam bentuk lensa-lensa batu gamping yang mengandung fosil Orbitolina terapit diantara lempung dan serpih. Endapan tersebut dijumpai di Lok Ulo, Karangsambung, selatan Banjarnegara, Jawa Tengah. Batu guling dengan fosil Orbitolina telah dijumpai dalam konglomerat Eose di Pegunungan Jiwo, selatan Klaten. Di tempat ini endapan kapur bertalian erat dengan batuan metamorf dan mungkin selaan-selaan di dalamnya.
Apabila ditinjau secara menyeluruh, karena genang laut yang terjadi pada Cenomanian mengakibatkan lautan di Indonesia menjadi lebih luas daripada zaman Jura. Daratan Philipina yang masih menjadi satu dengan daratan Papua pada waktu zaman Jura, sekarang .Sekarang oleh genang laut tersebut terbagi menjadi 2 daratan, yaitu daratan Philipina dan daratan Papua. Di bagian tenggara Indonesia, lautan menggenangi daratan bagian utara daratan Australia sehingga terjadi teluk-teluk. Pada waktu yang bersamaan maka Geosinklin Tasmania meluas ke arah utara jika dibandingkan dengan luas wilayahnya di zaman Jura.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar