Menurut pendapat para ahli, mesozoikum dapat diartikan sebagain berikut :
1.) M.K Tadjudin : Mesozoa / Mesozoikum adalah suatu masa yang dikaitkan dengan umur
bumi. Masa ini berlangsung antara 205 – 135 juta tahun yang lalu.
Secara harfiah mesozoikum berarti “umur pertengahan”. Masa ini disebut
sebagai zaman “Gymnospermae” karena banyak dijumpai tumbuhan
gymnospermae yang hidup pada masa ini.
2.) Teuku
Jacob : Masa mesozoikum berlangsung pada 225 – 65 juta tahun yang lalu.
Masa ini terbagi menjadi zaman Trias, Jura, Creta. Masa ini disebut
sebagai zaman “Gemilang Reptilia”. Mamalia, Aves, dan ikan mulai
berkembang di masa ini, terutama ikan bertulang sejati (osteichthyes)
3.) Dermawan
Sumardi : Masa ini berlangsung pada 225 – 70 juta tahun yang lalu.
Peran invertebrata mulai tergantikan oleh reptile. Pada masa itu laut
banyak menggenangi daratan.
Berdasarkan
pendapat para ahli tadi, dapat disimpulkan bahwa masa mesozoikum
berlangsung dari 65 – 245 juta tahun yang lalu. Pada masa mesozoikum ini
terbagi menjadi 3 zaman. Yaitu zaman Trias, Jura, Kapur. Kehidupan yang
terjadi pada masa mesozoikum ini didominasi oleh reptil, baik itu dari
darat, laut, maupun udara. Masing – masing zaman pada masa mesozoikum
ini dicirikan dengan adanya kehidupan tertentu maupun peristiwa –
peristiwa geologis khusus.
A. Zaman Trias
Zaman
Trias berlangsung sejak 245 – 208 juta tahun yang lalu. Nama Trias
diusulkan oleh F. von Alberti, seorang ahli geologi berkebangsaan
jerman. Nama Trias diambil dari perkembangan endapan Mesozoikum yang
didapat di cekungan Jerman, yang kemudian dianggap sebagai wilayah tipe
untuk Sistem Trias, walaupun singkapan yang relatif lengkap dan banyak
mengandung fosil justru didapatkan di Amerika bagian barat, Amerika
bagian timur dan Kanada. Sistem Trias terbagi menjadi 3 bagian, yaitu
Trias Bawah, Trias Tengah, Trias Atas. Adapun pengertian dari 3 bagian
tersebut adalah :
1.) Trias Bawah :
Yang dikenal dengan nama setempat sebagai Buntsandstein
merupakan seni sedimentasi yang terjadi di darat dan terdiri dari batu
pasir, batu lempung, konglomerat dengan beberapa bagian terdapat sisipan
endapan laguna. Warna seri sedimen tersebut dari merah cerah hingga
lembayung.
2.) Trias Tengah :
Yang dikenal dengan nama setempat sebagai Muschelka merupakan seni sedimentasi yang terjadi di laut yang mencapai ketebalan kurang lebih 200 m.
3.) Trias Atas :
Yang dikenal dengan nama setempat sebagai Keuper merupakan
seni sedimen yang seluruhnya diendapkan di darat. Pada bagian alasnya
terdiri dari dolomit dan gipsum yang merupakan endapan penguapan, yang
diakhiri dengan batu pasir yang diendapkan di sungai dengan fosil tumbuh
– tumbuhan yang menyerupai ekor kuda yang dikenal dengan nama setempat
sebagai Schlifsandstein.
Perkembangan
kehidupan pada zaman Trias menunjukkan banyak terjadi perubahan baik
untuk jenis Fauna terutama untuk golongan Vertebrata maupun golongan
Invertebrata. Golongan Invertebrata Pilum Brachiopoda dan Pilum Mollusca
serta Pilum Arthropoda. Untuk Pilum Mollusca termasuk di antaranya dari
Kelas Pelecypoda dan Kelas Cephalopoda sedang untuk Pilum Arthropoda
khususnya yang termasuk Kelas Crustacea. Demikian pula untuk jenis flora
menunjukan adanya perkembangan yang pesat. Untuk jenis Vertebrata
khususnya yang termasuk Reptilia sudah mulai dikenal Rutiodon (sebangsa
Phytosaurus) yang mulai muncul semula hidup dalam lingkungan air
kemudian mengadaptasikan diri hidup dalam lingkungan darat yang kemudian
punah pada zaman ini. Selain itu yang mulai muncul pada zaman ini pula
antara lain yang termasuk dinosaurus ialah Anchiasaurus, Cynognathus, Thrinacodon, placerias gigas, Inchtyosurus yang berkembang pada Zaman Trias dan punah pula pada akhir Zaman Trias.
Didasarkan atas fasiesnya Sistem Trias di Indonesia dapat dibagi menjadi dua, yaitu :
1.) Indonesia
bagian barat : dengan macam fasies bermula dari fasies paralas,
volkanik, laut, terutama berkembang sebagai batu gamping. Perkembanganya
meliputi beberapa bagian dari Sumatra, Kalimantan (serta Malaya) dan pulau – pulau kecil di antara ketiga daerah tersebut.
2.) Indonesia bagian timur : dengan macam fasies seperti perkembangan di Indonesia
bagian barat, hanya di tempat ini tidak dijumpai fasies volkanik,
terutama berkembang sebagai batu gamping. Perkembanganya meliputi Sulawesi
timur dan tenggara, pulau – pulau kecil di kepulauan Nusa Tenggara
antara lain Pulau Roti, Pulau Timor, Pulau Leti, Pulau Tanimbar, Pulau
Kei, Pulau Seram, Pulau Buru dan Pulau Buton.
Di
Indonesia bagian timur pada zaman Trias terjadi peristiwa genang laut
di bagian bawah umumnya terdiri dari batuan klastik yang berbutir kasar
antara lain breksi, konglomerat yang kemudian diikuti dengan batu pasir,
serpih yang mengandung bitumina yang kemudian diakhiri dengan napai dan
batu gamping.
Dari
Kesamaan Fasies batuan Trias di pulau – pulau Indonesia timur dapat
ditarik kesimpulan bahwa pulau – pulau tersebut setidak – tidaknya pada
Zaman Trias Atas termasuk dalam satu lingkungan sedientasi yang selalu
mengalami penurunan atau dikatakan merupakan daerah pelamparan
Geosinklin Banda. Geosinklin ini memanjang ke arah barat daya yang
kemudian bersambung dengan Geosinklin Westralia sedang kea rah barat
bersambung dengan Geosinklin danau.
B. Zaman Jura
Zaman
Jura berlangsung sejak 208 – 145 juta tahun yang lalu. Nama Jura
pertama kali dipakai pada tahun 1799 oleh A. von. Humboldt seorang ahli
geologi berkebangsaan Jerman. Penelitian secara intensif pada saat itu
dilakukan di Inggris, walupun demikian maka nama sistem ini diambilkan
dari nama Pegunungan Yura yang membentang dari Perancis sampai Swiss.
Tempat inilah yang kemudian digunakan sebagai daerah tipe untuk sistem
Yura.
Endapan
Jura baik yang terjadi di laut mupun yang di darat banyak mengandung
fosil. Untuk golongan Invertebrata diwakili oleh Pilum Coelenterata,
Porifera, Echinodermata dan Mollusca.
Brontosaurus
merupakan salah satu anggota dari Dinosaurus yang terbesar yang hidup
dan pernah dijumpai dalam bentuk fosil di Amerika dan berkembang baik
hingga zaman Jura. Dari kerangka yang telah berhasil direkontruksi jenis
Brontosaurus mempunyai tubuh hingga 18 feet dengan panjang hingga 67 feet.
Archaeopteryx
meruapakan burung yang pertama kali dikenal dalam sejarah. Burung ini
memiliki ukuran sebesar burung gagak, fosilnya dijumpai pada batu
gamping litographhi di daerah Solenhoven, Bavaria. Ichtyosaurus merupakan reptile laut yang memiliki panjang tubuh 10 feet.
Endapan jura didapatkan baik di Indonesia barat maupun Indonesia Timur. Di Indonesia barat tidak banyak dijumpai endapan Jura. Ada kemungkinan bahwa sebagian besar daerah Indonesia
barat pada zaman itu merupakan daratan sehingga tidak dimungkinkan
terbentuknya endapan. Di Indonesia timur perkembangan endapan Jura
relatif baik. Endapannya berkembang sebagai batu gamping dengan fosil Arnioceras.
Dengan
memperhatikan tempat – tempat terdapatnya endapan Jura maka dapat
diamnbil kesimpulan bahwa terdapat genang laut selama zaman Jura
sehingga mengakibatkan seolah - olah Indonesia terbagi menjadi 3 bagian
oleh palung Anambas, geosnklin Banda dan geosinklin Papua.
C. Zaman Kapur
Zaman
kapur berlangsung semenjak 145-65 juta tahun yang lalu. Zaman kapur
dicirikan oleh suatu daur pengendapan “susut laut – genang laut – susut
laut”. Selama zaman kapur berkembang bermacam – macam kehidupan.
Beberapa diantaranya merupakan kelanjutan dari zaman Jura disamping
terdapat pengembangan kehidupan yang baru. Diantara jenis – jens yang
mencirikan untuk jaman Kapur antara lain anggota dari Pilum Protozoa
khususnya dari ordo Foraminifera, Pilum Coelenterata, Pilum Mollusca,
dan pilum Arthropoda. Disamping itu terdapat pula perkembangan dari
golongan vertebrata maupun jenis flora.
Tyrannosaurus Rex
merupakan jenis dinosaurus pemangsa terbesar yang hidup pada jaman
kapur, dinosaurus ini dapat berkembang dengan panjang tubuh mencapai 45
feet dan tinggi 20 feet. Elasmosaurus merupakan golongan mamalia yang hidup di laut dan memiliki panjang antara 40 sampai 50 feet. Pterodon merupakan golongan reptil terbang yang memiliki bentang sayap 23 sampai 25 feet. Fosil dari Elasmosaurus dan Pterodon ditemukan di daerah Niobrara, Kansas, Amerika pada batu gamping.
Di
Indonesia terdapta endapan-endapan yang jelas termasuk zaan kapur hanya
terdapat di berbagai tempat yang terpencar. Di Indonesia bagian barat
system kapur dicirikan oleh endapan klastik dengan fosil Orbitolina, meskipun fosil ini juga dijumpai pada sistem kapur yang ada di Indonesia
bagian timur. Di Sumatera, di Bukit Garba, dimana di bagian bawah
terdiri dari napal tufan, tufa, pilit dan marmer. Bagian atasnya terdiri
dari batu rijang yang mengandung fosil Radiolaria.
Di jawa endapan yang berumur kapur telah diketahui dalam bentuk lensa-lensa batu gamping yang mengandung fosil Orbitolina
terapit diantara lempung dan serpih. Endapan tersebut dijumpai di Lok
Ulo, Karangsambung, selatan Banjarnegara, Jawa Tengah. Batu guling
dengan fosil Orbitolina telah
dijumpai dalam konglomerat Eose di Pegunungan Jiwo, selatan Klaten. Di
tempat ini endapan kapur bertalian erat dengan batuan metamorf dan
mungkin selaan-selaan di dalamnya.
Apabila ditinjau secara menyeluruh, karena genang laut yang terjadi pada Cenomanian mengakibatkan lautan di Indonesia
menjadi lebih luas daripada zaman Jura. Daratan Philipina yang masih
menjadi satu dengan daratan Papua pada waktu zaman Jura, sekarang
.Sekarang oleh genang laut tersebut terbagi menjadi 2 daratan, yaitu
daratan Philipina dan daratan Papua. Di bagian tenggara Indonesia, lautan menggenangi daratan bagian utara daratan Australia sehingga terjadi teluk-teluk. Pada waktu yang bersamaan maka Geosinklin Tasmania meluas ke arah utara jika dibandingkan dengan luas wilayahnya di zaman Jura.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar